Saturday, May 19, 2012

DOA

KONSEP DOA HARUN YAHYA

Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur’an bahawa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membincangkan masalah tersebut adalah:   

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.s. al-Baqarah: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, fikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah kurnia Allah kepada manusia dan wujudnya kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahawa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam ikhtiar pengubatan. Namun ketika mengetahui bahawa hanya Allah yang dapat memberikan kesihatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam syurga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini syurga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesihatan, dan sebagainya. Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

“Mahukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, Kerana ‘doa’ itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.”[1]

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam al-Qur’an yang perlu kita bincangkan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat:

“Dan manusia berdoa Dengan (memohon supaya ia ditimpa) kejahatan sebagaimana ia berdoa Dengan memohon kebaikan, dan sememangnya manusia itu (bertabiat) terburu-buru.” (Q.s. al-Isra’:11).

Tidak semua doa yang dipohon oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justeru dapat memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang sebaik-baiknya.

Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun nampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, kerana ia dapat bertemu dengan seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang difikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahsia yang sangat penting.

Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyedari tentang rahsia ini, mereka menyangka bahawa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, kerana;

“Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.”
(Q.s. Qaf: 16).

Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang difikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh Kerana itu, bila seseorang itu berdoa kepada Allah, ia harus menyedari bahawa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik baginya.

Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan kurnia Allah yang sangat berharga bagi manusia, Kerana melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:

“Katakanlah (Wahai Muhammad kepada golongan Yang ingkar): "Tuhanku tidak akan menghargai kamu kalau tidak adanya doa Ibadat kamu kepadanya; (apabila kamu telah mengetahui Bahawa Tuhanku telah menetapkan tidak menghargai seseorang pun melainkan kerana doa ibadatnya) maka Sesungguhnya kamu telahpun menyalahi (Ketetapan Tuhanku itu); Dengan Yang demikian, sudah tentu balasan azab (disebabkan kamu menyalahi itu) akan menimpa kamu". (Q.s. al-Furqan: 77)

Allah mengkabulkan Doa orang-orang yang menderita dan berada dalam kesulitan. Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang insan sangat memerlukan Dia. Hal ini kerana ketika seseorang berdoa, ia akan menyedari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah, dan ia menyedari bahawa tidak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan.

Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:
   
“Katakanlah: "Siapakah Yang menyelamatkan kamu dari bencana-bencana di darat dan di laut? (ketika) kamu berdoa merayu kepadanya Dengan merendah diri (secara terbuka) dan secara bersembunyi, (dengan berkata): "Demi Sesungguhnya jika Allah selamatkan Kami dari bencana ini nescaya menjadilah Kami dari orang-orang Yang bersyukur". (Q.s. al-An’am: 63).

Di dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:

“Berdoalah kepada Tuhan kamu Dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan-lahan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang Yang melampaui batas.” (Q.s. al-A’raf: 55).

Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahawa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:

“Atau siapakah Yang memperkenankan doa orang Yang menderita apabila ia berdoa kepadaNya, dan Yang menghapuskan kesusahan, serta menjadikan kamu pengganti (umat-umat Yang telah lalu) mendiami dan Menguasai bumi? Adakah sebarang Tuhan Yang lain bersama-sama Allah? amat sedikit di antara kamu Yang mengingati (Nikmat Allah itu). (Q.s. an-Naml: 62).

Sudah tentunya seseorang itu merasa yakin dan tidak berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyedari kelemahan mereka dan kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang membezakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya lemah.

Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Berdoa
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal ini Kerana sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahawa Allah berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.[2] Ia perlu mengetahui bahawa mudah saja bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur’an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya mandul:

“Iaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khuwatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai’.” (Q.s. Maryam: 3-6).

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa hairan Kerana isterinya mandul. Jawapan Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahsia yang ada dalam hati orang-orang yang beriman:

“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.’ Tuhan berfirman, ‘Demikianlah.’ Tuhan berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali’.” (Q.s. Maryam: 8-9)

Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam al-Qur’an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawapan dari doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.

Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, “… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Q.s. al-Anbiya’: 83). Sebagai jawapan terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:

“Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (Q.s. al-Anbiya’: 84).

Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Q.s. Shad: 35). Maka Allah mengurniakan kekuasaan yang besar dan kekayaan yang banyak kepadanya.

Oleh kerana itu, orang-orang yang berdoa hendaklah yakin dalam hatinya terhadap pertolongan  Allah, sebagaimana firman Allah swt. Dalam ayat ini, “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah.’ Maka terjadilah ia.” (Q.s. Yasin: 82)

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa.

Allah memberi kurnia di dunia ini bagi orang-orang yang menginginkannya, Tetapi di akhirat mereka akan menderita kerugian. Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam hatinya, dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahawa orang-orang yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperolehi pahala di akhirat. Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat kerana mereka percaya bahawa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya dengan kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai berikut:

“Di antara manusia ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,’ dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (Q.s. al-Baqarah: 200-2).

Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesihatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur’an. Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk meminta kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah. Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur’an menunjukkan niatnya yang ikhlas:
“Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik Kerana ingat kepada Tuhanku.” (Q.s. Shad: 32).

Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s. tersebut dengan mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.

Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya bagian sedikit pun di akhirat.” (Q.s. asy-Syura: 20).

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (Q.s. al-Isra’: 18).
_____________________________________
Nota:
1.    Buyuk Hadis Kulliyati (Kumpulan Hadis Besar), Cemulfevaid min Cami’il-usul dan Mecma’iz-zevaid, Imam Muhammad bin Muhammad bin Sulayman er-Rudani.
2.    Sahih Bukhari, Jilid 8, Buku 75, Nomor 351.

No comments:

Post a Comment